Note: You are currently viewing documentation for Moodle 3.2. Up-to-date documentation for the latest stable version of Moodle is probably available here: Site registration.

Site registration

From MoodleDocs
Revision as of 09:37, 11 September 2012 by sri tanto (talk | contribs)

e-book yang pernah aku baca ini mungkin perlu juga saudara-saudaraku mencoba membaca. Keajaiban Titik Nol Dokter angkat tangan dan pasien 1 pun memulai kehidupan yang 'sumbing'. Ia mesti menenteng tabung oksigen kemana-mana sebab dadanya kerap digodam sesat hebat. Biang keladinya : Bronchitis akut. Penyakit paru tak hanya memikul berat badan pasien, juga memaksa dia meneguk 12 jenis obat selama setahun. Lusinan ramuan kimia dari apotek bagai gak bertuah sebab diakui pasien dalam buku Quantum Ikhlas karya Erbe Sentanu, penyakitnya bersifat psikosomatis. Tidak berasal dari serbuan virus atau bakteri, melainkan berasal dari pikiran. Dokter menyuruh dia menyembuhkan luka batinnya dulu jika ingin pulih.

Pasien ke dua akhirnya pulih. Dibekap frustasi selama 7 tahun, yang berujung rontoknya kuliah dia pada sebuah PTN ternama di salah satu kota dan sering sakit-sakitan pula, mantan bintang kelas SMA ini kemudian sukses meretas kuldesak -jalan buntu- kehidupannya. Ia melakoni satu hal : 'detoksifikasi' hati. Ia buang seluruh racun masa lalunya. Ia gulung film-film negatif masa mendatang. Ia mengatakan : "Saya serahkan diri saya seluruhnya kepada Sang Pemilik diri saya".

Ikhlas. Kembali ke titik nol. Hasilnya? sebuah paradoks. Sikap ikhlas - yang sebelumnya ia anggap sebagai simbol kelemahan- justru memberinya kekuatan luar biasa. Dalam ikhlas kata pasien dua ia justru merasa lebih perkasa dalam menguasai diri. Tidak mudah gelisah. Lebih kebal.

Kuncinya adalah manakala kita memasrahkan segala sesuatunya pada Tuhan, saat itu pula pupus segala cemas. Kita menjadi lebih kuat. Mengapa? karena urusan kita sudah diserahkan kepada Sang Maha Berkehendak. "Biarlah Dia yang mengatur. Kita yang melaksanakan keinginan-Nya. Sebab, bukankah Dia juga Maha Pemberi Petunjuk?" ujar pasien dua.

Apakah itu berarti pasrah? disinilah uniknya. Ketika terasuk rasa ikhlas, secara otomatis, pasien dua merasa intuisinya meningkat tajam. Lebih bijaksana. Lebih mengenal diri sendiri. Lebih cerdas. Lebih kreatif. Dan pada gilirannya : lebih produktif. "Sekarang pasien dua sudah bisa bekerja di perusahaan asuransi," tutur dia semangat. Selamat tinggal jelaga masa lalu!

Belakangan pasien 1 juga mengucapkan sayonara untuk penyakit bronchitis akutnya. Hanya sikap ikhlas - bukan lusinan obat kimia- yang kuasa menanggalkan siksa radang parunya. Pasien 1 kini tak mesti memboyong tabung oksigen kemana-mana. "Pasien 1 baru tahu semua penyakit datang dari pikiran".

Menurut peulis buku Quantum Ikhlas, Erbe Sentanu, dalam kondisi ikhlas, otak memproduksi hormon serotonin dan endorfin yang menyebabkan seseorang merasa nyaman, tenang dan bahagia. Dalam zona ikhlas, bermekaranlah pelbagai energi positif: rasa syukur, sabar dan termasuk fokus. "Kita pun merasa penuh tenaga".

Energi ikhlas ini kemudian menyebar ke setiap jengkal tubuh. Membikin imunitas tubuh meningkat, pembuluh darah terbuka lebar, detak jantung stabil dan kapasitas indera meningkat. Orang ikhlas, ujar Erbe "sehat jiwa dan fisiknya". Ikhlas, karenanya adalah kunci bagi kebahagiaan.

Jika kita meneropong lewat EEG (elektroensefalogram), kata Erbe, tampak bahwa otak memancarkan gelombang sesuai kondisi jiwa seseorang. Dimanakah kebahagiaan? teknologi mutakhir menunjukan : rasa bahagia membentang antara panjang gelombang alfa (8 Hz-13,9 Hz) dan theta (4 Hz-7,9 Hz) pada otak. Inilah zona ikhlas. Pada frekwensi alfa adalah orang-orang yang sedang rileks, melamun atau berkhayal. Anak-anak balita frekwensinya selalu berada pada posisi alfa - karenanya mereka selalu jujur, polos dan tak pernah larut bersedih. Orang yang otaknya berada pada frekwensi theta, pikirannya menjadi amat kreatif dan inspiratif, lebih khusyu, rileks yang dalam, hening dan amat intuitif.

Semakin pandai anda menyetel frekwensi alfa atau theta di otak anda, kata Erber, semakin mudah hidup anda. Frekwensi ini memang menawarkan kelezatan hidup sesungguhnya : rasa syukur dan nyaman. Karena itulah menurut dia, jelas sudah bahwa ukuran sukses (kebahagiaan) sebetulnya amat ditentukan oleh keberhasilan merasakan pikiran bahagia. Itu saja. Untuk itu, kebahagian sebenarnya tak perlu dicari-cari apalagi lewat kelimpahan materi.

"Manakala tahu gelombangnya, mudah bagi kita menemukan zona kebahagiaan itu," tutur Erbe. Dan jangan enteng sikap ikhlas ini. Pengalaman pasien 2 menunjukan: sekali kita melangkah menuju zona ikhas, kita bakal terdorong menjadi orang baik, - menjauhi prasangka dan selalu berpikir positif. Nah dari sinilah garis tangan anda mulai bergeser.

Dengan berpikir positif maka hal-hal positif akan menghampiri kita. Demikan sebaliknya. Itulah yang disebut Daya Tarik Menarik (The Universal Law of Attraction) yang memiliki penjelasan ilmiahnya dalam fisika kuantum. Dan kita, menurut Erbe, adalah apa yang kita pikirkan (positif atau negatif).

Usai menikah selama enam tahun, Erbe akhirnya divonis dokter aspermatozoa, tak bisa memiliki keturunan. Dan Erbe menyikapinya -meski awalnya tentu terkejut- dengan ikhlas. "Mengucapkan alhamdulilah dalam hati memberi saya ketenangan dan kekuatan," ujarnya.

Tapi kemudian ikhlas memiliki logikanya sendiri. Dalam penyerahan diri kepada Tuhan, Erbe membayangkan bahwa suatu hari ia akan dikaruniai buah hati. Visualisasi itu dilakukannya dalam kondisi otak alfa -berada di zona ikhlas- secara tekun dan tawakal.

Hingga suatu hari ia berkonsultasi dengan dokter. Sembari memandangi hasil laboratorium Erbe, dokter tersebut menggelengkan kepala. "Ini tidak mungkin. Dari nol persen (spermatozoa) menjadi 30 persen dalam tiga minggu? tidak mungkin". Kini Erbe memiliki putra bernam Shankaara Premaswara.